Harga minyak melemah tipis pada hari Kamis, tertekan oleh ekspektasi penurunan permintaan bahan bakar AS di akhir musim perjalanan musim panas dan dimulainya kembali pasokan minyak Rusia ke Hongaria dan Slovakia melalui pipa Druzhba.

Harga minyak mentah Brent berjangka turun 23 sen, atau 0,3%, menjadi $67,82 pada pukul 13.45 ET (17.45 GMT). Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berjangka turun 28 sen, atau 0,4%, menjadi $63,87 per barel.

Libur panjang Hari Buruh AS yang akan datang mengakhiri musim berkendara musim panas. Prospeknya adalah permintaan bensin AS yang lebih rendah, meskipun pasokan minyak mentah meningkat karena rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi September sebesar 547.000 barel per hari. Ketidaksesuaian ini akan menyebabkan peningkatan persediaan minyak, ungkap Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

"Hal itu akan membebani harga berjangka energi di seluruh spektrum seiring bergantinya musim panas menjadi musim gugur, dan seiring menurunnya permintaan bensin dan beralihnya kilang ke produk musim dingin dengan harga lebih rendah," kata mereka.

Pasokan minyak mentah Rusia ke Hongaria dan Slovakia melalui pipa Druzhba telah kembali normal setelah gangguan akibat serangan Ukraina di Rusia pekan lalu, ungkap perusahaan minyak Hongaria, MOL, dan menteri ekonomi Slovakia, Kamis.

Para pedagang juga mencermati bagaimana India akan merespons tekanan dari AS untuk berhenti membeli minyak Rusia, setelah Presiden Donald Trump menggandakan tarif impor dari India hingga 50% pada hari Rabu.

"India diperkirakan akan terus membeli minyak mentah dari Rusia setidaknya dalam jangka pendek, yang seharusnya membatasi dampak tarif baru terhadap pasokan global," ujar analis pasar IG, Tony Sycamore.

Data resmi menunjukkan pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan pekan lalu, yang sedikit menopang harga, menunjukkan permintaan yang kuat. Kedua harga acuan minyak mentah naik sekitar 1% pada sesi sebelumnya setelah data tersebut dipublikasikan.(Cay)

Sumber: Investing.com